Tam tum itu
bukanlah suara tembakan atau ledakan bom, tapi suara meja papan yang dihempas Domino oleh insan-insan
tersebut. Hal serupa
juga terdapat disebagian besar rumah anak muda, warung kopi, dan ruko. Bukan
hanya pemuda saja yang gemar memainkan permainan ini, laki-laki yang sudah
uzurpun sangat doyan, bahkan tak sedikit dari mereka yang meraup untung alias
main judi dari benda yang sering disebut batee
(batu) oleh masyarakat Aceh itu.
Para
penggemar domino di sekitar Banda Aceh dan Aceh Besar, sepertinya tak pernah
takut pada aparat penegak Syariat,
mereka berani menggelar permainan ini didepan umum sekalipun, seperti ruko, Pos
jaga dan warung kopi pinggir jalan yang sibuk lalu lalang kenderaan, yang
tragisnya pemilik tempat yang menyediakan lapak nya. Munkin untuk menarik
pelanggan.
Hal ini terlihat dibeberapa titik, seperti di jalan
Perada Untama, Jeulingkee, sekiata Darussalam, Lampaseeh, Sekitar Jemabatan Cot
Irie, dan beberapa tempat lain disekitar dua kabupaten ini. Bukan dikabupaten
lain tidak ada.
Sayang Syariat
dibumi Serambi Mekah ini terus saja di Nodai, itu bukan salah bangsa lain.
0 Komentar untuk "TAM TUM di Negeri Syariat"